MEMBUAT FILM BUKAN HOBI TAPI PROFESI

 

Menjadi pelaku usaha ekonomi kreatif sub sektor film itu rasanya selalu tak pernah putus punya cerita. "Film itu hidupku, karena hidupku bagaimana bisa aku mengeluh" begitu kata Ki Slamet Raharjo kepada saya tempo hari di ruang biru Usmar Ismail Jakarta. Waktu itu saya mendengar banyak pandangannya soal film. Karena itu sayapun selalu mengingatnya. Dan seperti yang disampaikan Gunawan Paggaru, membuat film bukan hobi tapi profesi. Untuk bisa menjadi profesi dibutuhkan kompetensi.

Maka akhir pekan ini saya menjalankan surat tugas dari PSDM Kemenparekraf untuk mengikuti Pelatihan Berbasis Kompetensi Skema Manajemen Produksi Film Tgl 30 Jan 2023 - 1 Feb 2023 di hotel Tjokrostyle Yogyakarta. Menariknya saya ini belum sama sekali pesan tiket dari Bandung ke Yogyakarta saat menerima surat tugas tersebut. 

Minggu 29 Januari malam saya berangkat menggunakan kereta api Lodaya jurusan stasiun kiara condong Bandung menuju stasiun kota Yogyakarta. Jujur ini kali pertama saya melakukan perjalan jauh seorang diri. Sebelumnya selalu dalam gerombolan entah itu bersama tim, teman, rekan atau keluarga. Berangkat dari stasiun Kiara condong pukul 19.30 tiba pukul 03.00 dini hari di stasiun Yogyakarta.


Menunggu sejenak hingga langit terang saya lalu melanjutkan perjalanan menuju venue acara Pelatihan Berbasis Kompetensi Skema Manajemen Produksi Film di hotel Tjokro Style. Setelah melakukan registrasi peserta langsung menjalani pelatihan di ballroom hotel lantai 1. Hari 

Menekankan pentingnya 3 dasar penilaian standar assesment kompetensi dasar yang wajib dimiliki seorang pekerja film profesional yaitu pengetahuan, keterampilan dan attitude. 3 mentor dari Badan Perfilman Indonesia bergantian turun gunung langsung dalam proses pelatihan ini. Dalam prosesnya ada 6 unit kompetensi yang wajib dikuasai oleh seorang produksi manajer.
1. Mengoperasikan perangkat lunak untuk manajemen produksi
2. Menganalisis skenario
3. Membuat breakdown skenario
4. Melakukan perijinan lokasi
5. Melakukan recce sesuai skenario
6. Mengelola jadwal dan biaya pelaksanaan produksi dan pascaproduksi


Setelah mendapatkan seluruh materi peserta dibagi menjadi 9 kelompok berisi masing-masing 10 orang untuk melakukan praktek langsung. Masing-masing kelompok teebagi 2 tim, dokumenter dan fiksi. Saya berada di tim dokumenter mengangkat film yangbsempat saya riset tahin lalu berjudul INGGIT. 

Diperlukan fokus dan effort lebih untuk menyelesaikan seluruh tugas dengan penuh tanggung jawab. Kami bahkan baru bisa tidur diatas jam 2 dini hari dan harus bangun jam 6 pagi bersiap, turun sarapan dan lanjut persentasi di pukul 8 pagi. Meski kami sedang dalam mode "zombie" bagi anak film ini adalah hal biasa terjadi dalam skema produksi apalagi kalau sudah mulai syuting. Sesuatu yang telah terbiasa bagi anak film sehingga menyenangkan bagi kami berjibaku dengan waktu dan lelah demi produksi sebuah film.

Dan saya bersama tim dokumenterpun berhasil melakukan pitching dengan baik meski belum sempurna, ternotice oleh mentor dan pastinya pulang membawa lisensi sertifikat kompetensi baru dengan kulifikasi yang lumayan keren untuk saya pribadi.


Memproduksi sebuah film tidak seperti yang dibayangkan. Ada banyak orang dengan berbagai kompetensi terlibat di dalamnya. Dan menyenangkan bagi saya pribadi menjadi bagian dari hiruk pikuk belakang layar bersama orang-orang hebat dengan kreatifitas selangit.
Rafahlevi
Single mom of two. Founder Xalshe Media Creative. Now working as an editor, film scriptwriter and content creator. An ambivert who loves watch and write all the time. Self improvement enthusiast. Bussiness/Collabs enquiries rafahlevi.ez@gmail.com

Related Posts

Post a Comment