KETIKA BERHENTI DI SINI : BAHKAN AI PUN TAK BISA MENGGANTIKANMU

Rafahlevi.com -  Kehilangan tanpa keikhlasan menjadi sumbu utama yang bergulir mengitari 4 arah mata angin kehidupan seorang perempuan muda bernama Dita. 

Film Ketika Berhenti di Sini dibintangi oleh Prilly Latuconsina, Bryan Domani, Refal Hadi, Cut Mini dan sejumlah nama besar lainnya. 

Dita yang dimainkan oleh Prilly adalah seorang desain graphis yang juga menyukai karyap seni yang juga memiliki bakat yang diwariskan oleh ayahnya. 

Dita memiliki mimpi-mimpi karyanya bisa dikenal dunia. Tetapi dalam perjalananya setiap orang yang dicintai dan mempengaruhi karyanya justru meninggalkannya tiba-tiba lewat nama kematian. 

Dita terjebak pada ambang nalar antara realita dan teknologi. Bagaimana Dita menyelesaikan masa lalu dan masa kini dibersamai orang-orang yang mencintainya menarik untuk dinikmati alurnya.

REVIEW 

Menonton film Ketika Berhenti di Sini entah kenapa emosi anxiety disorder yang diinginkan muncul di karakter Dita ternyata tidak tersampaikan utuh pada penonton (opini pribadi penulis). 

Berkali-kali rasa frustasi Dita terputus karena transisi scene yang kasar ataupun eksplorasi emosi Prilly yang terasa nanggung. 

Bahkan scene head to head nya dengan Cut Mini, masih terasa kalah deep meski Prilly bercucuran air mata sementara Cut Mini hanya berekspresi "luka lagi" lewat matanya. 

'Nanggung' itulah rasa yang membuat setiap scene sedih terasa menggantung, sehingga saya tidak memerlukan tisu untuk mengusap air mata. 

Bukankah emosi tercapai ketika penonton merasakan apa yang dirasakan tokoh, meski tidak punya pengalaman personal yang sama.

Tetapi terlepas dari itu, sesuatu yang menarik dan berbeda menjadi nilai lebih dari film yang diproduseri oleh aktor muda Umay Shahab ini.

Film Ketika Berhenti di Sini menyinggung bagaimana manusia semestinya bersikap selayaknya manusia bahkan pada teknologi secanggih apapun. 

Bukan halu atau klenik tapi nyatanya teknologi AI memang mampu menghadirkan sosok yang telah meninggal dunia.

Tetapi kemudian saat itu terjadi, nalar dan pikiran manusia yang akan menentukan dalam dimensi dan ruang yang mana kita akan melanjutkan hidup. 

Bahkan teknologi AI pun tidak dapat menggantikanmu.***


Rafahlevi
Single mom of two. Founder Xalshe Media Creative. Now working as an editor, film scriptwriter and content creator. An ambivert who loves watch and write all the time. Self improvement enthusiast. Bussiness/Collabs enquiries rafahlevi.ez@gmail.com

Related Posts

Post a Comment