Faktanya Kolak bukan sekedar pangan lokal khas nusantara yang diwariskan secara turun temurun saja tetapi juga memiliki sejarah dan mengandung makna filosofisnya yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari.
Sejarah Kolak
Dikutip dari laman Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, pada mulanya banyak yang mengira bahwa kolak merupakan kudapan yang berasal dari Timur Tengah yang dibawa oleh pedagang arab di masa perdagangan masa lalu.Tetapi sebenarnya penganan manis satu ini berasal asli dari budaya nusasntara.Kolak dahulunya merupakan salah satu media penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh wali songo khususnya di Pulau Jawa. Sajian kolak saat berbuka puasa ini pertama kali diperkenalkan oleh para Wali sebagai upaya dakwah yang memilih cara simpatik.
Dimana pada saat itu masyarakat nusantara pada umumnya telah menganut agama hindu dan buddha. Kolak kemudian berkembang di masa kerajaan Mataram Islam. Memasak kolak menjadi tradisi yang dilestarikan saat bulan suci ramadhan sebagai menu takjil berbuka puasa.
Arti Nama Kolak
Sebagai pangan lokal khas nusantara Kolak bermakna tak hanya sekedar sebuah hidangan takjil ramadhan. Seperti pangan lokal lainnya, kolak juga memiliki arti dan sejarah terbentuknya sebutan tersebut.
Yang pertama kata kolak berasal dari kata “khala” yang artinya kosong. Maksudnya manusia harus dalam keadaan kosong dari segala dosa. Kekosongan tersebut diisi dengan berbagai amal kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan atau dosa. Sehingga, manusia harus selalu berusaha dalam keadaan kosong atau terhindar dari keburukan hidup.
Yang kedua kata kolak berasal dari kata “kholaqo”. Dlam bahasa arab kholaqo adalah kata turunan dari kholiq atau khaliq yang artinya adalah mencipta. Maksudnya bahwa kewajiban manusia adalah dekat dengan Penciptanya. Manusia akan selamat jika hidup dengan terus berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan. Tak hanya mendapatkan keselamatan tapi juga keberkahan dalam menjalani kehidupan.
Filosofi Bahan Pembuat Kolak
1. Ubi Jalar, masyarakat Jawa mengenal ubi jalar dengan sebutan telo pendem. Penggunaan ubi jalar memiliki makna agar masyarakat harus mengubur kesalahan yang pernah diperbuat sehingga bisa melanjutkan hidup dengan jalan penuh ridho Allah SWT
2. Santan Kelapa, Santan dalam bahasa Jawa disebut ‘santen’ yang merupakan kependekan dari kata ‘pangapunten’ yang berarti permohonan maaf.
3. Pisang Kepok, penggunaan pisang kepok memiliki makna agar masyarakat ‘kapok’ atau merasa jera dengan dosa yang telah dilakukan selama hidupnya. Penutup
Sebagai hidangan takjil Ramadhan kolak memiliki tempat spesial dalam kehidupan masyarakat nusantara. Bukan hanya citarasanya yang nikmat kolak juga mengadung nilai-nilai kebaikan yang menuntun kita menjalani kehidupan dengan mengenal Tuhan agar selamat dan berkah.
Post a Comment
Post a Comment