Setuju gak sih kalo mengelola sampah sama dengan mengelola masa depan. Dikutip dari berbagai sumber, Indonesia punya Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang bertujuan untuk melindungi lingkungan hidup dan menjadikan pengelolaan sampah sebagai tanggung jawab bersama.
Sebagai salah satu destinasi wisata andalan negri, Bali menjadi salah satu tempat paling diperhitungkan mengenai sampah. Bayangin aja setiap harinya ribuan wisatawan baik domestik mauounnasing menjejakkan kaki di Bali. Di Bali sendiri sudah ada juga regulasi lokal yang memperkuat pengelolaan sampah, yaitu Pergub Bali No. 47 Tahun 2019. Pergub ini melarang penggunaan plastik sekali pakai seperti kantong plastik, sedotan, dan styrofoam. Aturan ini adalah langkah konkret untuk mengurangi limbah plastik yang mencemari lautan dan lingkungan sekitar.
Tetapi masalahnya adalah bagaimana aturan itu diterapkan efektif dan memberi dampak kepada masyarakat baik lingkungan maupun ekonomi dan sosial. Ida Bagus Mandhara Brasika membuka celah angin segar untuk problematika sampah ini dengan mendirikan sebuah komunitas Bank Sampah Berbasis Digital bernama Griya Luhu.
Bank Sampah Digital Griya Luhu Bali Hadirkan Kelompok Masyarakat Green Ekonomi
Bank Sampah Digital Griya Luhu adalah organisasi kecil yang menemani desa di Bali yang mengurusi soal sampah. Bank sampah digital ini merupakan inisiatif yang bertujuan untuk mengelola sampah secara efektif melalui pendekatan digital. Terletak di Bali, Griya Luhu didirikan oleh seorang aktivis lingkungan bernama Ida Bagus Mandhara Brasika.
Tidak terasa sudah hampir 10 tahun bergelut mengurusi sampah, entah sudah berapa banyak orang/organisasi yang saya saksikan keluar masuk Bali karena sampah.
Sumber foto : @griya_luhu |
Bagi Griya Luhu sampah bukan proyek melainkan perjuangan dan bertahan hidup karena Bali adalah rumah mereka. Sebagian kecil dari banyak sekali orang-orang yang memperjuangkan rumahnya.
Griya Luhu dimulai pada tahun 2014, sebagai respons terhadap permasalahan sampah yang semakin mendesak. Ida Bagus, yang memiliki latar belakang di bidang lingkungan, menyadari pentingnya mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah dan dampaknya terhadap lingkungan. Dengan dukungan komunitas lokal, ia mendirikan Bank Sampah Digital Griya Luhu dan memanfaatkan teknologi untuk memudahkan pengelolaan dan pendataan sampah.
Bank Sampah Digital Griya Luhu beroperasi dengan konsep yang memudahkan masyarakat untuk menyetorkan sampah yang dapat didaur ulang. Masyarakat dapat mengunduh aplikasi Griya Luhu, di mana mereka bisa mendaftar sebagai anggota dan mulai menyetorkan sampah. Setiap jenis sampah yang disetorkan akan dinilai dan diberi poin yang bisa ditukarkan dengan berbagai insentif, seperti produk lokal atau sembako.
Proses ini tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mendaur ulang, tetapi juga memberikan imbalan langsung bagi mereka yang aktif berpartisipasi. Griya Luhu juga melakukan edukasi tentang pemilahan sampah dan dampak sampah terhadap lingkungan melalui workshop dan seminar.
Griya Luhu memberikan banyak manfaat, baik bagi masyarakat maupun lingkungan. Bagi masyarakat, program ini memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah dan peluang untuk mendapatkan imbalan. Selain itu, dengan meminimalisir sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir, Griya Luhu berkontribusi dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Secara lebih luas, inisiatif ini membantu mengurangi pencemaran dan mendukung upaya konservasi sumber daya alam. Dengan lebih banyak orang yang terlibat dalam pengelolaan sampah, kesadaran kolektif terhadap lingkungan juga meningkat
Untuk bergabung dengan Bank Sampah Digital Griya Luhu, masyarakat dapat mengunjungi situs web resmi atau mengunduh aplikasi Griya Luhu dari platform yang tersedia. Setelah pendaftaran, mereka akan mendapatkan panduan tentang cara menyetorkan sampah dan memulai proses pemilahan. Komunitas ini terbuka bagi siapa saja yang ingin berkontribusi dalam pengelolaan sampah dan menjaga lingkungan.
Ida Bagus Mandhara Brasika Sosok Penting Dibalik Griya Luhu Peraih Anugerah SATU Indonesia ASTRA
Penutup
Bagi Ida Bagus Mandhara Brasika penghargaan dari Astra sebagai penerima SIA: Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Astra menjadi pendorongnya untuk lebih berinovasi dan makin bermanfaat bagi masyarakat Bali lebih luas. Dari pengurangan sampah di sumbernya hingga daur ulang dan pemanfaatan kembali, undang-undang dan peraturan ini mengajak kita semua untuk lebih bijak dalam mengelola limbah yang kita hasilkan sehari-hari. Setiap langkah kecil, seperti memilah sampah organik dan anorganik, bisa membawa dampak besar bagi lingkungan dan generasi mendatang.
idenya ngebantu banget agar masyarakat lebih peduli lingkungan, terutama soal sampah. Aku sering bingung nih buang sampah elektronik, kalau buang gitu saja takut meledak dan membahayakan petugas pengolah sampah. Kalau ada bank sampah kan jadi memudahkan untuk memilah sampah kemasa, elektronik dan lainnya
ReplyDeleteIkut senang membaca informasi semakin banyaknya dikenal oleh masyarakat tentang apa itu Bank Sampah dan juga mulai aware-nya masyarakat untuk ikut andil dalam pemberdayaan sampah melalui bank Sampah ini.
ReplyDeleteBank Sampah berbasis digital Griya Luhu yang dibuat oleh Ida Bagus Mandhara Brasika adalah bukti jika sampah dikelola dengan profesional, maka tidak hanya lingkungan yang terjaga, tetapi juga terangkatnya kesejahteraan masyarakat
Wah, pingin banget Bank Sampah Griya Hulu juga beroperasi di Jakarta. Karena selain melestarikan lingkungan, juga ingin dapat poin yang bisa ditukar dengan Merchandise-nyah ;)
ReplyDeleteSaya amat mendukung pegiat sampah seperti ini. Beneran pahlawan bagi lingkungan dan masa depan. Super keren!
ReplyDeleteBank sampah berbasis digital, Griya Luhu, konsepnya inovatif banget! Salut dengan inisiatif yang berdampak positif untuk lingkungan. Semoga semakin banyak yang terinspirasi untuk ikut serta. Artikel yang sangat menginspirasi, Mbak
ReplyDeleteSetuju banget! Sampah yang semakin menumpuk bahkan menggunung semakin meresahkan. Padahal sebetulnya masih banyak sampah yang bisa dikelola. Kalau semakin banyak yang sadar dan bijak mengelola sampah. Rasanya bumi akan semakin membaik,
ReplyDeleteMemang masalah sampah tuh nggak bisa selesai kalau mengandalkan pemerintah semata ya. Masyarakat sebagai unit terkecil juga sebaiknya memikirkan masalah ini. Supaya menarik cara2 menangani sampah dengan berbasis digital ini juga patut diapresiasi. Pantas kalau penggagasnya dapat penghargaan.
ReplyDeleteSalut dengan Ida Bagus Mandhara Brasika yang inovatif dan peduli dengan masalah sampah yang ada di sekitarnya. Semoga ke depannya makin banyak pemuda kreatif yang peduli dengan masalah sampah dan penanggulangannya.
ReplyDeleteKeren banget Ida Bagus Mandhara Brasika penghargaan dari Astra sebagai penerima SIA memang layak banget ya. Sebenarnya Griya Luhu ini juga bisa dikembangkan di semua daerah di Indonesia ya
ReplyDeleteSemoga apa yang dilakukan oleh Ida Bagus Mandhara ini, juga diikuti oleh warga warga Jogja. Jogja sekarang sedang alami darurat sampah. Terlebih lagi Jogja dikenal sebagai daerah dengan pertumbuhan ekonomi digital pesat nomor 4 versi EV DCI.
ReplyDelete