Pengalaman Pertama Anak Demam Berdarah Syok Syndrome
Akhirnya aku bawa Bebbe ke dokter klinik. Hasil pemeriksaan ternyata Dokter bilang Bebbe kena virus dan harus minum obat anti virus setiap empat jam sekali. Kasian banget harus bolak balik minum obat yang pahit dan ukurannya lumayan besar.
Sempet ditanyain juga ke dokterapakah Bebbe perlu vaksin tapi katanya setahun ini gak perlu karena antibody-nya baru terbentuk dan masih baik. Sementara perlukah lab darah? sesuai instruksi dokter kalo tiga hari ke depan demamnya turun gak perlu.
IGD RSIA Kartini Bandung |
Long short story Senin-Selasa-Rabu Bebbe gak panas lagi, di hari Kamis dia sama sekali gak mau makan. Kamis lepas Isya aku merhatiin Bebbe narik nafas berat banget. Seperti orang abis lari jarak jauh. Badannya dingin dan basah. Makin malam kondisi Bebbe makin bikin cemas.
Jadi makin khawatir liat kondisi Bebbe akhirnya jam 23.00 aku bangunin kakka Al. Nyiapin baju seragam dan bekal sekolahnya sambil order ojek online. Sambil tangan bekerja nyiapin segala keperluan Kakka sebelum ditinggal, mataku terus merhatiin kondisi Bebbe yang masih tidur dengan gelisah.
Ojek online sudah datang aku titip pesen sama Si Sulung "Kakka semua keperluan sekolahnya sudah Mammi siapin, takut besok Mammi belum pulang, Mammi mau bawa Bebbe ke rumah sakit". sambil masih ngantuk-ngantuk Kakka bilang ok.
Instalasi Gawat Darurat |
Aku cuman meraih dompet dan obat Bebbe tanpa kepikiran bawa-bawa yang lain saking buru-burunya. Pakein mantel Bebbe karena dingin, sedal jepitan langsung ngeng pake ojek online ke IGD rumah sakit paling deket dari rumah.
Antara galau dan panik bingung mau kemana, mau ke RS besar tapi jauh aku takut dijalan karena masih gelap. Masalahnya ini menuju tengab malam, kalo menuju shubuh kayanya aku berani karena ada pasar menuju rs besar itu.
Akhirnya aku putusin ke RSIA Kartinin̈ terdekat dari rumah. masuk langsung ke IGD. Bebbe langsung ditidurin di bangsal. Diperiksa oleh dokter residen dan perawat. Kondisinya makin bikin cemas, Bebbe dah lemas badannya makin dingin, matanya sayu, pucat pasi seperti mayat hidup.
Ibu guru mendoakan Bebbe di kamar rawat intensif |
Aku liat ada sesuatu yang kritis yang lagi terjadi saat bergantian dokter dan perawat pasang ini dan itu di badan Bebbe. Dengan tetap berusaha fokus dan kuat. satu badan ini harus kesana-kesini IGD dan pendaftaran untuk ngurusin adminitrasinya. Bebbe nangis karena ditinggal tapi gak ada lagi yang bisa disuruh jadi terpaksa aku tinggal dulu.
Karena BPJS mandiri ku nonaktif pihak rumah skait membantu mengajukan Bebbe ke fasilitas kesehatan warga Bandung UHC. Selesai dengan semua administrasi aku kembali ke IGD. Bebbe baru aja ambil darah, dokter menyampaikan katanya kemungkinan besar Bebbe Sheina kena Demam Berdarah. Masalah terberatnya adalah Demam Berdarah yang dialami Bebbe ini fase syok.
Demam berdarah fase syok adalah kondisi paling mengancam jiwa masuk dalam kategori kritis. Fase syok adalah fase dimana darah tidak bisa dialirkan ke seluruh tubuh. akibatnya tubuh dingin seperti hipotermia. Aku ikut syok dan kaget mendengarnya.
Semrawut yang ada di kepala "kok bisa gini?" Aku kira Bebbe akan karena turun demamnya dan membaik besok supaya bisa sekolah. Tapi malah justru makin memburuk dan mengancam keselamatannya. Aku syok sambil terus berusaha tenang demi Bebbe.
Teringat beberapa tahun lalu waktu Bebbe yang baru 13 bulan harus dirawat di ruang PICU RSIA Limijati Bandung karena luka di lambung. Aku masih trauma masa itu, belum lagi meninggalnya Almarhum Papa tapi malam itu Bebbe juga harus berulang di situasi yang sama.
Airmata sudah nyaris gabisa ditahan tapi liat Bebbe terus mencari tanganku minta penguatan karena sakit dan takutnya, aku urung lemah dan berusaha keras menguatkan diri. Malam terasa panjang, Suhu badan Bebbe masih aja dingin meski sudah masuk 2 labu infusan. Dokter bilang harus ada treatmen infus khusus demi segera menaikkan suhu tubuhnya agar bisa normal.
tidak lagi hirau dengan seberapa biaya yang akan dikeluarkan, aku sanggupi semua kemungkinan untuk menyelamatkan Bebbe dari fase kritisnya. Pikiranku melayang membayangkan dua jam sebelumnya kau masih galau membawa Bebbe ke dokter tengah malam atau menunggu pagi. Bayangkan jika aku berangka menunggu pagi. Bagaimana sekarang kondisinya, apa aku gak berdosa membuatnya menunggu sambil menderita.
Aku beristighfar sekaligus bersyukur pada Allah karena menuntunku jadi ibu yang sigap. Sat set melakukan semua sendiri untuk Kakka dan Bebbe. "Mammi jangan keman-mana" Bebbe berbisik lirih. Aku menggenggam tangannya yang gembil. Sembilan tahun lalu tanganya masih mungil belum bisa bicara saat semua alat medis menusuk masuk ke tubuh mungilnya. Hari ini dia bisa menjerit menangis sambil mencari ibunya.
Jam 03.00 pagi Bebbe pindah ke kamar intesif PICU. Bersyukur karena kali ini di ruang rawat intensif PICU aku bisa menemani. Kamar yang sangat dingin, aku juga lagi sakit gigi, ahh sudahlah combo sudah ujian hidup kali ini. Sheina makin lemas dengan dua selang infus di tangan kanan dan kirinya, belum lagi kakainya yang terlili alat tensi dan jepitan di ibu jarinya yang bermuara ke monitor.
Aku terjebak di ruangan PICU tak bisa kemana-mana karena Bebbe selalu menjerit menangis meski aku hanya beranjak kekamar mandi untuk mengganti pembalut. Dia selalu trauma dengan jarum suntik yang bolak balik menusuk ke tubuhnya.
Aku kembali cemas saat hasil lab darahnya justru menunjukkan trombositnya turun lagi ke 55.000 padahal sudah 65.000 sebelumnya. Handphone juga mati dari semalam. aku tidak bisa menghubungi siapapun karena lupa gak bawa charger. Tetapi sebelum handphone mati aku sempat kirim broadcast pesan ke grup keluarga da ayah sheina jika aku membawa Bebbe Sheina ke IGD RS Kartini.
Pagi harinya adikku membawakan charger, bekal makanan dan air hangat. Tangisku akhirnya pecah saat adikku memeluk menguatkan. Melihat kondisi Bebbe si kesayangan siapa tidak tersayat hati. Aku menyalakan handphone di siang hari, banyak sekali pesan masuk mencemaskan keadaan kami dan bertanya apa yang terjadi.
Banyak sekali doa dan cinta yang terkirin untuk Bebbe Sheina. Semua orang bertanya dan terus memantau bagaimana keadaanya. Dibalik semua kesedihan dan ujian ini sejujurnya hatiku merasa hangat karena doa, cinta dan dukungan yang terus mengalie tanpa henti untuk kesembuhan Bebbe dan kesehatanku juga. Perhatian yang memberi suntikan moril untuk seorang ibu yang berjuang sendiri di masa kritis anaknya.
Sebuah pesan dari ayahnya diantara puluhan chatnya yang tak terjawab paling akhir tertulis:"Mas otw ke Bandung sekarang" menjadi katalisator membaiknya rasa frustasiku dengan kondisi Bebbe yang belum menujukkan tanda-tanda perkembangan. Dokter anak melakukan visit dan mengatakan Bebbe megalami kondisi Demam Berdarah Fase Syok. Fase paling berbahaya yang bisa menyebabkan kematian pasien DB. Aku masih tak habis fikir bagaimana ini bisa terjadi.
Hari berganti malam berlalu Bebbe membaik saat ayahnya datang dari Surabaya khusus untuk menemaninya selama sakit. Suntikkan psikologis yang dibutuhkan seorang anak dari orangtuanya. Kehadiran guru-guru kesayangannya juga memberi dampak psikologis pada hormon endorfinnya sehingga kemauannya untuk sembuh main baik.
Allah Maha Baik.. setelah tiga hari di rawat di PICU akhinya Bebbe bisa dipindah ke ruang rawat inap biasa kelas 2 dengan bekal hasil rongent dada dan perut yang baik dan normal tanpa ada kelainan berarti. Selama pemulihan di ruang rawat inap sambil menunggu trombositnya kembali normal Bebbe mulai mendapat kunjungan dari banyak orang yang menyayanginya.
Bebbe juga bercengkrama dengan ayah dan kakaknya. ia juga bisa tidur sedikit lebih nyaman karena satu infusan di tangan kanannya sudah bisa dilepas dan alat monitor jantung sudah tidak terpasang di tubuhnya. Air wajahnya masih pucat tapi tak sepasi saat di ruang PICU. Bebbe mulai bisa tertawa dan berkomunikasi dengan lancar. Makan lebih banyak dari sebelumnya meski tetap belum normal.
Sehat selalu Bebbe Sheina. Seperti namanya Bebbe terlahir hidup menjadi kesayangan dan mendapat cinta dari banyak orang.
Waspada Demam Berdarah Syok Syndrome
Bebbe dalam perawatan intensif PICU karena DSS |
- peningkatan hematokrit dengan cepat
- Nyeri perut hebat
- Muntah terus-menerus
- Tekanan darah menyempit atau tidak ada
- Nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba
- Kaki dan tangan dingin
- Kulit lembab
Terima kasih sharingnya mbak, jadi lebih paham aku sekarang. Ga kebayang deh mbak waktu itu sendirian menghadapinya
ReplyDeleteSemoga ananda lekas sehat ya
semangat kak, bener bener artikelnya bikin aku harus belajar juga untuk bersikap untuk sat set apalagi pas terjadi kejadian kejadian seperti ini. sama juga aku juga gak kebayang. semoga lekas sehat sehat terus
ReplyDeleteMasyaAllah...sungguh sebuah pengalaman yg sangat berarti! Alhamdulillah ananda tertangani dengan baik dan telah kembali sehat ya. Terima kasih sdh berbagi pengalaman ini Kak..insyaAllah berguna bagi para pembaca untuk tetap waspada thd DSS ini.
ReplyDeleteSerem. Ada 2 anak temanku yg pernah kena, dan ortunya buta banget kalau itu gejala DB krn bintik merah hampir tidak ada. Dibawa ke RS setelah demam kejang. Alhamdulillah bisa sehat kembali
ReplyDeleteAstaga ya ampun. Allhamdulillah kalau Sang Anak sudah tertangani dan pulih kembali. Saya baru tau ada demam berdarah syok syndrome. ini penting banget sih literasi yang kesannya "sepele" ini
ReplyDeleteAku yang punya masalah overthinking ini, anak sakit demam itu pasti auto panik. Inget pas jaman covid anak batuk² itu udah heboh. Baca artikel ini asli ikut ngerasain deg deg-annya. Bersyukur banget! Anaknya kakak tertolong dan gerakan cepet mamak bener-bener luar biasa ❤️❤️
ReplyDelete