BERBINCANG EMPAT MATA DENGAN CUCU PROKLAMATOR, SEPERTI TELEPORTASI WAKTU MENATAP PERJUANGAN INGGIT GARNASIH

11 comments

 

Dokumentasi pribadi, bersama Tito Asmara Hadi

Berbicang dengan Tito Asmara Hadi saya seperti sedang melakukan teleportasi lorong waktu bersama beliau. Berdiri disampingnya menyaksikan satu persatu babak dalam kehidupan seorang Inggit Garnasih yang mulia. Perempuan 3 peran yang istimewa dan berhati mulia. 

Pagi itu saya naik bus kota menuju suatu tempat. Mendengarkan lagu BTS di playlist handphone menggunakan headset yang berjudul No More Dream. Sebuah lagu yang akhir-akhir itu selalu menemani malam panjang saya menyelesaikan berbagai tugas develop script film sejarah dari para mentor. Saya memilih setelah blazer dan kulot coklat. Outfit terbaik yang nyaman dan menunjang kepercayaan diri menemui sumber utama primer riset film sejarah pertama saya. Pagi hari itu saya akan menemui seorang tokoh penting dalam film saya, Tito Asmara Hadi. Beliau adalah saksi sejarah merupakan cucu Inggit Garnasih istri pertama proklamator sekaligus presiden pertama Indonesia, Insinyur Soekarno. Sangat luar biasa hari itu saya akan menemuinya, untuk berbincang, bertanya dan mendengar banyak cerita darinya tentang pengalamannya menjadi pelaku sejarah dalam perjuangan seorang wanita istimewa yang pernah dimiliki bangsa ini. Menggali lebih dekat dan lebih dalam sosok Inggit Garnasih nenek beliau semasa hidup dulu. 

Ada perjalanan cukup panjang dan rumit yang harus saya lewati untuk bisa mendapatkan kesempatan istimewa tersebut. Setelah seminggu sebelumnya saya dua kali berkunjung ke rumah Ciateul. Rumah Inggit Garnasih yang kini telah menjadi cagar budaya. Pada awalnya saya bahkan tidak bisa masuk ke dalam. Bukan apa-apa sebagai situs sejarah, rumah ciateul kini terbatas dalam menerima tamu kunjungan. Tak sembarang pengunjung diizinkan masuk. Tentu demi menjaga kemurnian peninggalan-peninggalan sejarah itu sendiri yang berada di dalamnya. Tapi pengalaman yang tak bisa saya lupakan Tuhan menyertai saya mendorong orang-orang yang saya temui bersikap kooperatif sehingga memudahkan saya dalam menjalankan riset ini. Dalam pengalaman pribadi yang saya alami sendiri, ada rasa getir di hati yang membuat saya tidak bisa berhenti mengeluarkan air mata ketika saya menginjakan kaki di dalam rumah Inggit, menapaki selangkah demi selangkah tiap sudut ruangan. Memerhatikan setiap foto yang terpajang. Saya melihat setiap scene dalam hidupnya yang penuh ketulusan dan perjuangan sebagai perempuan. Sambil menatap lukisan besar Inggit dan Soekarno diatas kepala saya, dalam hati saya mengirimkan alfatihah untuk beliau seraya memohon izin dan bantuannya untuk mempermudah semua riset yang akan saya lakukan.

Malam sebelum saya berangkat ke kediaman Tito Asmara Hadi, hati saya berdegup tak beraturan ketika menerima telepon langsung dari beliau. Setelah saya mengirimkan pesan lebih dulu, memperkenalkan diri menyampaikan maksud dan tujuan lalu meminta kesempatan menemuinya untuk menanyakan beberapa hal yang perlu saya gali lebih dalam. 

Tiba di depan kediamannya saya menangkap sosok sederhana di depan mata saya. Seorang laki-laki usia senja yang masih terlaihat tampan dan garis muka yang ramah. Saya disambut hangat olehnya. Tak ada protokoler formal bahkan saya seperti sedang bercerita dengan seorang ayah pada saat itu. Ternyata beliau mendengar kedatangan saya tempo hari ke rumah Ciateul. Saya tak terkejut karena itu hal wajar mengingat beliaulah keluarga sah Inggit Garnasih yang masih hidup saat ini. Namun yang membuat saya tersipu adalah Pak Tito menginginkan bertemu dengan saya karena dia mendengar dari Pak agus (penjaga rumah Ciateul) bahwa saya sangat emosional saat berada di dalam rumah ciateul. Beliau bahkan tahu saya tidak mengambil potret sama sekali selama disana karena saya kesulitan menguasai diri saya dan bahkan harus dibantu untuk menenangkan diri.



Kurang lebih 3 jam lamanya kami mengobrol empat mata, tanpa kamera, tanpa audio perekam. Yaa  saya memutuskan tidak ingin melewati batas, saya hanya menggunkan sebuah bolpoin dan buku notulen kecil untuk mencatat semua hal penting yang harus saya amankan. Selebihnya saya hanya ingin mendengar cerita hidup seorang Inggit Garnasih dari cucu kesayangannya.

Banyak sekali cerita yang tak saya dapatkan dalam berbagai refrensi sumber sejarah tapi saya bisa menemukan dalam pertemuan dengan Pak Tito. Setiap kisah yang dituturkannya akan saya muat di blog saya selanjutnya. Saya berharap semua yang saya dengarkan bisa saya visualisasikan dalam film berjudul sama dengan namanya INGGIT.  Saya berharap akan ada kesempatan untuk itu meski saya tahu tak akan mudah jalannya.  

Sore hampir menjelang tapi kami belum sempat ziarah bersama ke makam bu Inggit yang lokasinya tak terlalu jauh dari rumah beliau. Namun waktu dan kesehatan beliau tidak memungkinkan ketika itu. Beliau berpesan agar saya tak perlu merisaukan project film ini akan bisa diproduksi atau tidak, "orang yang mencintai Inggit akan selalu datang untuk mencarinya. Karena Ibu Inggit selalu melihat setiap yang mencarinya dengan hati. Salah satunya adalah kamu" kata Pak Tito saat saya pamit pulang. Semua kisah indah dan mulianya akan saya posting di artikel " INGGIT PEREMPUAN RUSUK PERJUANGAN" berikutnya. Sebagai kenang-kenangan kami berswafoto bersama. Saya berpesan agar Pak Tito tetap sehat dan panjang umur agar saya bisa menunjukan hasil karya saya dan teman-teman buah dari saya berbicang dengannya hari itu.


Awal bulan lalu saya baru saja pulang dari Jogja dan disana saya melakukan pitching film dokumenter berjudul INGGIT bersama 4 teman lainnya yang berasal dari berbagai daerah. Kami sepakat akan memproduksi film dokumenter INGGIT dan melakukan berbagai pitching ke para investor. Satu hari saat film ini diproduksi foto ini akan menjadi setiap kisah yang akan diantarkan dalam film INGGIT. 

Rafahlevi
Single mom of two. Founder Xalshe Media Creative. Now working as an editor, film scriptwriter and content creator. An ambivert who loves watch and write all the time. Self improvement enthusiast. Bussiness/Collabs enquiries rafahlevi.ez@gmail.com

Related Posts

11 comments

  1. Baru ngeh kalau Ibu Inggit ini punya anak sama Soekarno ya. Salut sih sama perjuangannya, beliau yang sebenarnya wajib dikasih gelar ibu perjuangan. Karena mendukung real perjuangan, bukan semata menjahit *eh :D

    ReplyDelete
  2. Barakallahu kak bisa ngobrol langsung dengan saksi sejarah. Banyak insight powerful pastinya, khususnya pada perjuangan Bu Inggit.

    ReplyDelete
  3. Pak Tito ini putra dan anak angkatnya Bung Karno dan Bu Inggit ya, Kak?
    Saya sudah ke Bengkulu ke rumah pengasingan Soekarno, ada banyak kenangan Bu Inggit juga di sana. Bisa tuh buat nambah riset filmnya Kak
    Semoga sukses ya

    ReplyDelete
  4. Barakallah. Pengalaman berharga banget pasti, ya. Saya aja kalau dulu dengerin cerita almh kakek dan alm nenek tentang perjuangan di masa lalu udah seneng banget. Apalagi ini tentang tokoh besar. Senang dengan cara ngpbrolnya juga

    ReplyDelete
  5. waw kereeennnn
    Teh Rafa bikin film tentang Ibu Inggit
    Gak sabar pingin nonton dan baru nyadar selama ini belum ada film tentang beliau ya?

    ReplyDelete
  6. Sukses untuk film dokumenter nya ya, Mbak. Semoga bisa terealisasi dengan lancar, dapat investor dan tim yang bisa mendukung jalannya pembuatan film dengan baik. Aamiiin..

    ReplyDelete
  7. Kisah tentang Inggit memang selalu menarik mbak, sebagai seorang perempuan paham betul bagaimana menjadi perasaan dia. Wanita yang penuh perjuangan, tulus dan penuh kasih. Kadang kalau kisahnya saya baca kok merasa ada sikap pria yang egois ya dan wanita dewasa dan sangat pengertian.

    ReplyDelete
  8. MashaAllah. Kesempatan yang tidak banyak bisa dinikmati oleh publik.

    Cerita Inggit Ganarsih sendiri adalah salah satu fase penting dalam kehidupan Soekarno karena beliaulah yang menemani Soekarno meniti karir politiknya. Dari sebuah film tentang Soekarno yang saya tonton, Inggit dikisahkan sebagai seorang perempuan yang jembar hati dan sangat mendukung semua kegiatan Soekarno.

    Meski kisah cinta mereka diawali oleh banyak pertentangan karena saat itu Inggit masih sah istri dari Haji Sanusi. Tidak memiliki seorang anak pun dari Soekarno hingga akhirnya harus "melepas" Soekarno untuk Fatmawati.

    BTW, Pak Tito ini apakah anak dari Inggit dan Haji Sanusi?

    ReplyDelete
  9. Wah gak sabar nunggu filmnya. Setenar film soekarno gak ya? Saksi sejarah banget nih.

    ReplyDelete
  10. All out bgt proyek film nya Mba, smoga lancar utk prosesnya. Ditunggu film Inggit nya yaa, smoga sukses dan booming

    ReplyDelete
  11. Bu Inggit ini memang terkenal sekali kecantikannya. Kendati pernikahannya dengan Pak Soekarno sangat kontroversial, tetapi mereka bisa menjadi teman sekaligus pasangan yang baik. Bu Inggit selalu mendampingi Soekarno dalam pengasingannya. Setia bangettttt.

    ReplyDelete

Post a Comment