▪ Gak Mudah Patah Meski Self Quarantine ▪


Pertama kali denger Bandung melakukan anjuran work from home alias #wfh aku masih biasa aja. Karena memang di situasi normalpun aku lebih banyak melakukan job desk di rumah. Yang beda adalah kali ini semua aktifitas outing blogger postponed at all alias mandeg. 

Makin diperpanjang, makin lama automaticly makin jenuh dan hopeless mulai muncul. Gak ngerti kapan dan dimana akhirnya, semua masih ngambang. Setiap kebijakan mau berakhir selalu ada anjuran baru. Dari self quarantine, phisycal distancing, social distancing, lock down hingga PSBB, yang menurutku rasanya sama-sama aja.

Sejak awal pandemi mewabah aku memilih yang taat pada anjuran pemerintah melakukan #dirumahaja demi keselamatan sendiri, keluarga dan semua orang.  Seperti yang kubilang yang awalnya optimis  14 hari aja lalu bolak balik diperpanjang jadinya mulai mikir "mau sampe kapan?" Karena semua gak jelas dimana ujungnya. Apa bakalan happy ending atau sad ending.

Stay Calm and Productive
Sejauh ini aku lebih memilih berpikir terus optimis menghadapi pandemi covid 19. Mulai dari pola makan, memperhatikan kebersihan diri, pola pikir semua mempengaruhi kualitas kondisi imun kita. Buatku lebih baik gak sakit daripada minum obat. Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Jadi sebisa mungkin menghindari semua hal yang memungkinkan kita terpapar virus corona. Karena tenang lebih penting daripada takut dalam situasi seperti saat ini.

Melawan jenuh aku tetap memacu diri tetap produktif dengan terus konsisten membuat konten. Mengikuti challenge menulis 30 hari, membuat kolaborasi challenge dengan sesama blogger, melakukan zoom bersama teman-teman, mengikuti kompetisi menulis blog, dan kegiatan blogging lainnya yang tetap dilakukan meski di rumah masing-masing.

Pekerjaan domestik selama #wfh menjadi doble check. Karena anak-anak school from home. Tine management mode on sepanjang waktu. Bantu ngawasin pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang disiarin di TVRI, ngajak si kecil mengolah berbagai cemilannya kaya bikin jelly, donat atau nugget ayam. Keseruan bikin kudapan seperti itu yang membuat anak-anak juga terhindar dari jenuh. 

Just Wait and Pray Desperately
Gak ada yang bisa memastikan kapan semua situasi pandemi ini akan berakhir bikin hati sedih pastinya.
Apalagi harus melewati puasa ramadhan dan idul fitri tanpa sholat berjamaah. Perasaan manusiawi di malam pertama sholat taraweh aku gak bisa nahan tangis sedih. Untuk pertama kalinya seumur hidup, dan gak pernah terbayang sebelumnya, aku melihat dengan mataku sendiri gak ada satupun orang di masjid. 

Mungkin kedengeran agak lebay, tapi aku pulang ke rumah hati ini sedihnya gak bisa ditahan. Nangis aja begitu pas sholat tarawih munfarid. Biasanya meskipun gak sebulan full di masjid paling nggak 10 hari pertama kita di masjid berjamaah. Sejak maghrib masjid sudah ramai dengan anak-anak mengantri takjil. Senang saat apa yang kita berikan menjadi kebahgiaan mereka saat berbuka. Orang tua orang muda semua berkumpul mendengarkan tausyiah dan menunaikan sholat tarawih berjamaah. 

Saat rindu keceriaan ramadhan seperti itu kita cuma bisa menunggu sambil terus berdoa sungguh-sungguh agar ini segera berakhir. Tapi lebih dari itu sebagai cewek yang selama ini terbiasa produktif kita harus tetap berfikir positif dan stay negatif from corona dengan gak mudah patah di tengah self quarantine.
Tulian ini adalah kolaborasiku dengan Bandung Hijab Blogger.
Rfv
Rafahlevi
Single mom of two. Founder Xalshe Media Creative. Now working as an editor, film scriptwriter and content creator. An ambivert who loves watch and write all the time. Self improvement enthusiast. Bussiness/Collabs enquiries rafahlevi.ez@gmail.com

Related Posts

19 comments

  1. harus semangat terus ya teh meskipun di rumah aja hehe

    ReplyDelete
  2. Luar biasa, Diem dirumah bukan Alasan tidak produktip ya, dan Semoga dengan kita banyak dirumah bisa Lebih khusu menjalankan puasanya

    ReplyDelete
  3. Iya yaa, aku pun kangen bikin takjil ke mesjid di pinggir rumah. Berisik suara anak2 menyambut adzan berbuka puasa. Tarawih dihalaman mesjid sepuluh hari pertama, terus naik ke teras, lama kelamaan masukmesjid.
    Sekarang mesjid sepii..

    POkoknya tetep saling memeberikan semangat, bahu membahu biar terus bertahan dengan happy.Insyaallah semua akan baik2 saja.

    ReplyDelete
  4. Pokoknya harus tetep produktif ya sist. Semangat buat kita semua

    ReplyDelete
  5. Semangat di rumah diisi dengan kegiatan produktif, beribadah secara individu dan membuat mood baik. Sempatkan juga berolahraga. Acara tv pada garing, orang lebih senang main hp (game online atau nonton film). Semoga wabah korona segera berakhir

    ReplyDelete
  6. Semangat ya para Bunda yang harus double check. Semoga tahun depan kita semua sudah bisa tarawih di masjid

    ReplyDelete
  7. Chalange nulis selama 30 hari nya mudah2 berhasil ya ka... Mudah2n aku juga ngikutin biarvtulisan makin berfaedah... Hee

    ReplyDelete
  8. Apapun yang terjadi semoga kita bisa memetik hikmah dar semua kejadian ini ya. Semangat dan jangan jatah. Loves, Zia.

    ReplyDelete
  9. Kali pertama diberitahu kalau kita gak bisa sholat tarawih berjamaah di masjid saya juga merasa sedih. Tapi setelah merasakan kedekatan di keluarga karena bisa menjalani sholat tarawih berjamaah di rumah, ada perasaan bersyukur juga.
    Alhamdulillah ada hikmahnya.

    ReplyDelete
  10. Ahh, iyaa emg sedih bangedd dech suasana Ramadhan bisa ampe kayak gini, biasanya jam 1/2 9 malem tuch rame orang pulang Taraweh, iniah sunyi senyap, hiks

    ReplyDelete
  11. Iya teh, suasana ramadhan sedikit banyak berkurang ya.. Biasanya ada suara khutbah menjelang tarawih, setelah sholat subuh juga. Sekarang sepi... Denger khutbah nya onlen aja jadinya.. Tapi harus tetap semangat yha, pasti berakhir ko. Aamiin

    ReplyDelete
  12. Sedih banget emang ga bisa teraweh di mesjid.. padahal itu salah satu hal yang dirindukan selama setahuin ini nunggu bulan ramadhan 😭 semoga semuanya cepet selesai. Aamiin

    ReplyDelete
  13. Rindu banget suasana ramadhan, semoga semuanya segera membaik ya aamiin

    ReplyDelete
  14. Jenuh emang harus dilawan dengan positive vibes agar produktif ya teteh..

    ReplyDelete
  15. Wah au sebetulnya pengen ikut challange 30 hari menulis tapi bulan ramadhan sepertinya engga dulu deh.. pengen banyakin ngaji dulu...

    ReplyDelete
  16. Aku sedih banget ngga bisa sholat di mesjid..tapi masi bersyukur bisa berjamaah berdua suami dirumah..Alhamdulillah

    ReplyDelete
  17. This too shall pass insha allah :)

    ReplyDelete
  18. Sedih banget ga bisa tarawih di mesjid

    ReplyDelete
  19. Stay calm n productive..jangan dibawa stress yakannn

    ReplyDelete

Post a Comment